Pengalaman Masa SMA
DIBENTAK
BUKAN BERARTI DIBENCI!
Assalamualaikum wr. wb.
Hey! Saya Salman
Alfarizi, kembali lagi di artikel saya yang kedua. Pada artikel sebelumnya saya
menceritakan tentang pengalaman pada saat masa SMP dan kesempatan kali ini saya
akan berbagi cerita tentang pengalaman masa SMA. Sekolah Menengah Atas (SMA)
adalah jenjang pendidikan setelah SMP. Pada masa itu merupakan masa-masa para
remaja untuk mencari jati diri mereka. Saya diterima di SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta yang berlokasi bersebelahan dengan SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan
membuat orang berpikir kalau saya hanya “melompati pagar” setelah lulus SMP. Di
dalam pengalamanku bersama teman-teman SMA banyak dilalui bersama. Salah satunya
dimulai dari mengikuti kegiatan ekstrakulikuler baris-berbaris, berlatih
dibawah terik matahari sampai dibentak-bentak oleh pelatih sendiri dan
berhadapan dengan kakak kelas, mengikuti berbagai lomba baris-berbaris,
mengikuti kegiatan untuk bisa mendapatkan slayer, dan hingga pada akhirnya hari
pelantikan untuk mendapatkan baju kebesaran. Tujuan dari menulis artikel ini
adalah untuk menceritakan kembali cerita perjuangan saya hanya demi mendapatkan
baju kebesaran.
Pada
awal masuk sekolah, saya dan siswa baru lainnya diinstruksikan untuk memilih
salah satu dari tiga ekstrakulikuler wajib yang diantaranya adalah Tapak Suci,
Hizbul Wathan, dan Pabhama (Pasukan Bhaskara Utama). Saya memilih Pabhama
karena pada saat itu diadakan pertunjukkan antar ekstrakulikuler dan setelah
melihat baris-berbaris kakak kelas yang sangat bagus. Dengan kata lain, hal
tersebut membuat hati saya bergerak untuk memilih Pabhama.
Pada
minggu pertama, saya dan teman-teman yang lain mulai mengikuti latihan perdana
bersama dengan kakak kelas. Pada awalnya, mereka menyambut kita dengan baik,
ramah, dan sopan. Namun, setelah beberapa minggu kemudian barulah saya merasakan
hal-hal yang tidak enak. Di samping itu, kakak kelas yang semulanya baik dan
ramah berubah menjadi judes dan pemarah.
Sebaliknya, kita
sendiri tidak memahami alasan mereka marah kepada kita sementara pada saat itu
gerakan baris-berbaris kita menurut saya sudah lumayan bagus. Mereka mulai
mencari kesalahan-kesalahan kita meskipun kesalahan itu termasuk hal yang kecil.
Seperti contoh, apabila gerakan kita melenceng sedikit dari yang disuruh mereka
akan membentak. Selain itu, mereka menginstruksikan kita untuk melakukan push up sebanyak 1 seri (10 kali) setiap
1 kesalahan dalam gerakan. Namun, kita tidak ambil hati atas apa yang mereka
lakukan kepada kita. Meskipun begitu, kita menganggap hukuman tersebut sebagai dasar
agar kita bisa lebih disiplin. Disamping itu semua, kakak kelas yang galak biasanya
memberi kita saran agar selalu komitmen untuk mengikuti semua kegiatan yang
diberikan.
Pada hari berikutnya,
saya dan teman-teman berkumpul didalam kelas 10 MIA 1. Lalu, datang pelatih dan
kakak kelas dengan raut wajah yang tidak friendly.
Mereka lalu mematikan semua lampu dan menginstruksikan kita untuk menundukkan kepala
dan mereka berteriak “Istighfar dek!” “Gak usah mbatin dek!”. Dalam keadaan
yang gelap dan teriakan kakak kelas yang melengking membuat kita tidak berdaya seraya
mengucapkan istighfar dan tidak mengerti apa yang mau mereka sampaikan kepada
saya dan teman-teman. Setelah beberapa menit, barulah mereka menyampaikan
sesuatu perihal LBB yang akan dilaksanakan di Balai Kota. Mereka menginginkan
kita untuk mengikuti lomba tersebut dan menjadi lomba pertama kita. Pelatih
ingin menilai kita sejauh mana kemampuan kita dalam baris-berbaris.
Pabhama mengirimkan 1
peleton putra dan 1 peleton putri. Namun, tentu saja ada proses seleksi untuk
bisa ikut sebagai pasukan inti atau hanya sebagai cadangan. Selain itu, pelatih
memilih 3 calon komandan putra dan 3 calon komandan putri yang nantinya akan di
pilih salah satunya sebagai pemimpin komandan. Setiap minggu, saya dan
teman-teman ditekankan untuk berlatih baik didalam sekolah maupun diluar
sekolah, baik itu cuaca cerah maupun cuaca hujan gerimis. Apabila lapangan sekolah
dipakai, kita berbondong-bondong pergi ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara
karena dibelakang terdapat lapangan yang sangat luas. Untungnya, setelah
mengikuti latihan yang amat berat dan penuh dengan tantangan akhirnya saya
masuk dalam pasukan inti.
Sebelum masuk hari H,
perwakilan dari kita dikirim ke Balai Kota untuk mengikuti technical meeting untuk menentukan nomor urut dada berapakah
nantinya yang kita dapatkan. Lalu, hasil yang didapatkan adalah peleton putra
mendapatkan nomor urut 6 dan nomor urut 1 sampai dengan 10 harus mengikuti
upacara di Balai Kota pada pagi hari sehingga peleton putra kebagian untuk
mengikuti upacara. Sebaliknya, peleton putri mendapatkan nomor urut 34 dan akan
bermain pada siang hari. Pelatih menginstruksikan kepada kita untuk berangkat
ke sekolah pada jam 05.30 baik itu peleton putra maupun peleton putri dan tidak
boleh terlambat karena apabila kita terlambat maka pelatih akan menghukum kita
untuk push up sebanyak berapa menit
kita terlambat, semisal jika terlambat 1 menit maka mendapatkan push up sebanyak 1 seri.
Pada pagi harinya,
banyak anak-anak dari peleton putra yang tidak mengindahkan perintah dari
pelatih sehingga kita tidak bisa mengikuti upacara di Balai Kota.
Pelanggarannya sangatlah berat yaitu peleton putra mendapatkan minus 100 karena
tidak mengikuti upacara. Dengan rasa penyesalan didalam hati, saya dan
teman-teman sudah merasa bahwa kita tidak akan mampu untuk meraih juara.
Pelatih dan kakak kelas juga menampakkan raut wajah menyesal membuat kita juga
tidak memiliki rasa semangat. Namun, Patossa, komandan peleton putra,
memberikan kita semangat. Lalu, kita konvoi dengan motor untuk pergi ke Balai
Kota karena jarak antara sekolah dan Balai Kota lumayan dekat.
Setelah peleton putra
dan peleton putri selesai lomba, kita diinstruksikan untuk kembali ke sekolah
dan tidak diperbolehkan pulang dikarenakan aka nada evaluasi tentang lomba yang
sudah dilalui. Saya dan teman-teman kembali masuk ke kelas 10 MIA 1 dengan
lampu dimatikan dan layar LCD dihidupkan. Pelatih saat itu sempat merekam
ketika peleton putra dan peleton putri mengikuti lomba. Kita diberi evaluasi
kekurangan-kekurangan yang sudah kita lakukan pada saat perlombaan dan tentu
saja perihal keterlambatan Pabhama pada saat mengikuti upacara dikaitkan pada sesi
evaluasi sehingga membuat keadaan menjadi lebih panas.
Pada bulan berikutnya, setelah
UTS selesai kita harus mengikuti kegiatan Pabhama yang namanya Gladi Taruna
Bhaskara Utama (GTBU). Kegiatan itu dilakukan selama 2 hari 1 malam di daerah
Gunung Kidul. Barang-barang yang diinstruksikan untuk dibawa juga sangatlah
beragam dan banyak. Di samping itu, awalnya saya tidak mengetahui acara apa
yang akan kita lakukan disana nanti tetapi kita hanya mengikutinya saja dan
didalam hati berpikir mungkin kegiatan disana sangat santai. Saat berkumpul,
kita dibagi menjadi beberapa kelompok tenda dan 1 tendanya berisi 4 sampai 5
orang.
Pada hari GTBU pertama,
kita upacara pembukaan dengan dibuka oleh Kepala Sekolah, Bapak Slamet Purwo.
Setelah itu, kita bergerak menuju bus dan kakak kelas selalu saja berteriak
kepada kita untuk gerak cepat. Lalu, kita melanjutkan perjalanan ke Gunung
Kidul. Sesampainya disana, kita istirahat sebentar lalu mulai berkumpul sesuai
kelompok dan membuat tenda di lapangan terbuka. Dalam membangun tenda, setiap 5
menitnya akan dilakukan 1 seri dan hal tersebut diulang-ulang, membuat kita
sangat susah payah untuk membangun tenda dan selalu saja dibentak-bentak. Lalu,
kita pergi ke masjid terdekat dan melaksanakan sholat Ashar, setelah itu
dilanjutkan dengan mandi.
Pada malam harinya,
kita dibagi lagi menjadi beberapa kelompok dan berbeda dengan kelompok tenda.
Kelompok kali ini dicampur antara laki-laki dan perempuan. Kita diberitahu
kalau kita akan melakukan jerit malam di sekitar perkampungan warga dan medan
yang ditempuh lumayan jauh. Kita harus melewati beberapa pos resmi dan pos
bayangan. Pos resmi letaknya terlihat di sekitar jalan dan kita harus berhenti
di pos tersebut untuk menjawab pertanyaan dari kakak kelas. Apabila kita tidak
bisa menjawab 1 pertanyaan, kita akan diberi hukuman 1 seri. Lalu, kita tidak
dianjurkan untuk berhenti di pos bayangan karena pos tersebut hanya sebagai pos
pemantau dan apabila kita berhenti di pos tersebut maka kita akan diberi
hukuman seri sesuai dengan keinginan kakak kelas yang menjaga pos.
Saya dan 5 orang
lainnya berada pada regu ke 2 sehingga kita berangkat lebih awal. Pada saat
mulai jalan, perasaan saya sudah mulai tidak enak karena saya sedikit phobia
dengan kegelapan. Saya yang seharusnya berada dibelakang sendiri dengan
terpaksa bergerak maju cepat-cepat karena saat itu saya sangat ketakutan
sekali. Kita diberitahu untuk tidak mengarahkan senter ke atas karena hal itu
tanda jika ingin meminta bantuan dan kita diinstruksikan untuk selalu membaca
ayat kursi. Saya termasuk yang berulang-ulang kali bersuara keras saat membaca
ayat kursi dibandingkan teman-teman yang lain. Kita berhasil melewati
pertanyaan dari pos resmi meskipun ada sedikit pertanyaan yang tidak dijawab
dan terkena hukuman dan kita hanya melewati 2 pos bayangan saja.
Di pagi harinya, kita
melaksanakan sholat Shubuh dan dilanjutkan dengan senam pagi bersama-sama.
Lalu, keadaan berubah ketika tiba-tiba kakak kelas berteriak dan menyuruh kita
untuk mengeluarkan energen, mie, panci, dan kompor yang sudah diberitahukan
untuk dibawa. Kita diharuskan untuk memasak mie dan dicampurkan dengan energen!
Betapa anehnya sarapan pagi kita dipagi hari tersebut. Wali tenda saya sampai
menyuruh untuk menyembunyikan energen yang tersisa atau nanti kakak kelas yang
lain akan menambahkannya lagi ke panci. Saya dan teman sekelompok mulai
merasakan mual yang tidak bisa di tahankan begitu juga dengan teman-teman yang
lainnya. Disamping itu, banyak sekali teman-teman baik laki-laki maupun
perempuan yang muntah akibat makanan yang menurut saya “kurang kerjaan”.
Untungnya, peluit tanda berakhirnya sarapan telah ditiup. Kita diberikan waktu
beberapa menit untuk istirahat dan mandi pagi. Walaupun sarapan sudah selesai
tetapi perasaan mual didalam perut masih tidak bisa dihilangkan.
Selanjutnya, kita
diinstruksikan untuk melewati sungai yang sangat panjang dan berbatu sambil
bertegur sapa dengan kakak kelas lainnya. Lalu, saya dan teman-teman ditanya
apa komitmen kita untuk mengikuti Pabhama. Apabila kita menjawab dengan benar
maka kita akan mendapatkan slayer. Kita melewati hal tersebut dengan mudah
meskipun medan yang dilewati cukup menantang adrenalin. Sekembalinya dari
Gunung Kidul, badan saya sangatlah pegal dan rasanya tulang-tulang ini patah
dari susunannya.
Selang 2 bulan
kemudian, setelah kakak kelas berdebat dengan pelatih mengenai tanggal dan hari
untuk kita bisa dilantik dan mendapatkan baju kebesaran yang sudah lama kita
idamkan. Setelah tanggal dan hari disepakati, barulah kita mulai melaksanakan
pelantikan Pabhama angkatan 30 dengan bermalam di sekolah. Barang-barang yang
dibawa pun hampir sama dengan GTBU hanya saja ditambah dengan lilin. Hari yang
disepakati untuk melaksanakan pelantikan adalah pada hari Sabtu dan Minggu.
Pada hari Sabtu siang setelah
kegiatan belajar mengajar berakhir, kita diberikan waktu sekitar 10 menit untuk
mengganti pakaian dan makan siang. Setelah itu, peluit yang dibunyikan
sangatlah keras membuat hati saya berdebar-debar kencang dan berpikir akan ada
kejadian apalagi setelah peluit dibunyikan. Kakak kelas menginstruksikan untuk
baris secara rapi di Aula dan selanjutnya adalah acara pembukaan yang dibuka
oleh Bapak Slamet Purwo, selaku Kepala Sekolah.
Setelah acara dibuka,
dilanjutkan dengan dibunyikannya peluit panjang yang menginstruksikan kita
untuk berkumpul ke dalam kelas sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Selanjutnya kita digiring ke lapangan untuk latihan baris-berbaris sambil
menunggu nama kita dipanggil untuk melaksanakan tugas selanjutnya. Saya pada
saat itu dipanggil pertama kali bersama kelima teman yang lainnya. Kita
diinstruksikan untuk melewati beberapa lorong sekolah dan menaiki tangga menuju
lantai dua. Setelah sampai didepan kelas 10 MIA 4, kita diinstruksikan untuk
menggedor pintu secara bersama-sama seraya mengucapkan salam sekeras mungkin.
Selain itu, kita harus terus mengucapkan salam sampai orang-orang yang berada
didalam kelas menjawab salam kita. Lalu, kita diberikan perintah untuk masuk
dan betapa kagetnya kelas saat itu sangatlah gelap tetapi dipenuhi oleh
lilin-lilin yang kita bawa dari rumah dan kakak kelas yang berjumlah 5 orang
duduk diatas kursi. Sebaliknya, meja yang ada didepannya terdapat surat
perjanjian diatas materai 6000 tentang komitmen kita untuk mengikuti Pabhama
ini dengan hati yang ikhlas.
Setelah itu, kita
bergerak menuju kelas 10 IPS 1 dan setelah sampai didepan kelas kita
diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama seperti yang tadi. Lalu, kita
diperintahkan untuk masuk kedalam kelas dan mendapati lampu yang tidak
dihidupkan dan banyaknya baju kebesaran milik satu angkatan. Kita diperintahkan
untuk mencari baju kebesaran kita dalam keadaan gelap dan dibentak-bentak serta
diberikan waktu selama 20 menit yang dimana setiap 5 menitnya kita harus
melakukan push up sebanyak 1 seri.
Namun, saat waktu telah habis, ada teman saya yang tidak kedapatan bajunya
karena waktunya yang sangat singkat tetapi beruntung saya mendapatkan baju
kebesarannya.
Pada malam harinya,
kita bergegas berkumpul ke masjid dan melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’.
Setelah melaksanakan ibadah, peluit yang memekakan telinga kembali dibunyikan
dan kita diinstruksikan untuk mengenakan baju kebesaran kita dan bersiap-siap untuk
berkumpul ke lapangan. Kita harus berbaris rapi secara berpasangan dan melewati
jalan yang dikedua sisinya terdapat lilin yang menyala panjang melewati lorong
sekolah. Saya dan pasangan saya sangatlah bahagia disaat melewati jalan yang
sangat indah tersebut. Lilin tersebut menuntun kita menuju Aula yang ternyata
didalamnya terdapat lebih banyak lilin daripada lorong sekolah. Di samping itu,
terdapat angka “30” yang memiliki makna Pabhama angkatan 30.
Setelah baris yang
rapi, acara selanjutnya adalah upacara pelantikan Pasukan Bhaskara Utama
angkatan 30 dengan diiringi lagu kebangsaan Indonesia. Acara pelantikan
berlangsung dengan sangat khidmat, banyak diantara teman-teman saya yang
terharu karena pencapaiannya untuk sampai kepada acara pelantikan ini. Saya
sendiri merasakan hal yang sama dengan apa yang teman-teman lain rasakan yaitu
perasaan haru yang mendalam. Lalu, pada pagi harinya kita dan kakak kelas
berolahraga bersama walaupun mereka pernah membentak kita. Meskipun begitu, saya dan teman-teman
menganggap mereka adalah keluarga dekat di sekolah.
Gambar
2.1; Foto ketika Pabhama 30 baris berbaris
Pada siang harinya, kita pulang
dengan perasaan yang bahagia karena kita sudah menjadi bagian dari Pabhama
angkatan 30. Oleh sebab itu, perasaan yang awalnya sedikit benci karena sering
sekali dibentak-bentak berubah menjadi rasa senang dan mendapatkan baju
kebesaran merupakan hal yang sangat diidamkan.
Gambar
2.2; Foto bersama dengan Kepala Sekolah, Bapak Slamet Purwo
Pada tanggal 17 Agustus 2015,
Pabhama angkatan 30 ditunjuk sebagai pasukan pengibar bendera sang saka merah
putih di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Setelah melewati berbagai seleksi,
ternyata saya termasuk kedalam pasukan 8 dan termasuk kedalam pasukan pengibar
bendera. Kemudian, kita diharuskan untuk latihan selama seminggu sebelum
akhirnya pada hari H kita beraksi. Setelah upacara 17 Agustus 2015 selesai dan
acara tersebut sudah terselenggara dengan baik dan tidak ada kendala, saya dan
teman-teman yang lain melakukan swafoto bersama dengan menggunakan baju
kebesaran masing-masing.
Gambar
2.3; Swafoto bersama pelatih-pelatih Pabhama angkatan 30
Gambar 2.4; Pasukan
pengibar bendera sang saka merah putih
Dengan demikian dapat
saya simpulkan bahwa tidak semua orang yang membentak kita itu benci kepada
kita, justru orang yang membentak kita menginginkan kita agar bisa hidup lebih
baik lagi. Oleh karena itu, kita jangan mudah terprovokasi kepada orang yang
membentak kita, selama bentakan itu bermaksud baik kepada kita. Selain itu, apa
yang sudah lama kita impikan tentu saja bisa kita raih jika kita memiliki niat
yang kuat untuk menjalaninya.
Wassalamualaikum
wr. wb.
Hello, I am very interesting and happy to read your blog post. then I get good information about it. Thanks bigrock domain coupon code File from here.
ReplyDelete